9 Oktober 2014
NOCTURNAL
Tau kawan binatang ini? Kini aq menjadi sbangsanya, mahluk nocturnal...
Hidup braktivitas dmalam hari dan tdur kala pagi menjelang.
hanya saja tdur ku tdk menggantung...
Lelah trnyata menjadi "batman" bekerja ktika malam melarut dngn sunyi,
pulang saat udara mulai trkontaminasi kmbali...
Baru 1 minggu saja mata ku sudah brkantung, aku tak tahu apa isi dikantung mata ini...
Batu mungkn atau apa saja yang lebih berat dari hanya sekedar bola mata.
Tinggal 1 minggu lagi menjalani hidup abnormal ini
huuuft...aku sudah tdk sanggup
detoksifikasi dalam tubuh ku terganggu...
Hati dan otak ku sdah "rusak" tak ingn tambah rusak
aku ingn normal
bukan nocturnal
28 Agustus 2009
29 September 2014
IBU AKU RINDU HUJAN
ANTARA IBU KITA DAN HUJAN...
Mendengar gemercik hujan yang jatuh riuh membentur tanah. dalam hati hanya bergumam ahirnya kamu datang lagi "jan"... lalu ada sekeping pristiwa yang tiba tiba begitu trasa manis sekali .
teringat saat saat kecil dulu waktu dimana aku asik berpesta basah kuyup... rasa dingin yg tidak dirasakan karna konsentrasi seluruh tertuju pada bola plastik di jalan yg menggenang....
atau hanya sekedar merasakan sensasi air kucuran yang jatuh melalui pipa-pipa buangan air hujan dari atas genteng, rasanya seperti berada dibawah air terjun kawan... sudahlah itu hanya hayalan konyol seorang bocah.
lalu kemudian Aroma minyak kayu putih atau balsem atau apapun itu... tanpa aku sadar, itu usaha ibu untuk membuat kita agar tetap hangat setelah mandi sore seusai pesta basah kuyup itu... belum cukup dengan semua itu ibu masih membuatkan susu panas atau menyuapi ku dengan nasi yg hangat utk sekedar mengisi sedikit ruang diperut agar tidak terisi oleh angin.. tapi terkadang aku menolaknya.
Kemudian omelan omelan keras ibu mulai meluncur deras bersama hujan sore itu...suaranya bersahutan dengan petir di luarsana namun entah mengapa kini aku rindu sekali saat saat itu. omelan yg penuh kesal yg berjejal dari ibu, kini amarah itu terasa seperti lantunan syahdu yg hanya membuat rindu
ibu, kini aku mempunyai seorang anak... danesha ratifah kami namakan.
aku berjanji pada saatnya nanti aku ingin menyaksikan keceriaannya berpesta dengan hujan dengan para malaikat yg ikut tercurah bersama butiran butiran air dari langit itu, dengan teman temannya mungkin, anakku, tapi bila teman mu tidak mau atau tidak boleh oleh orang tuanya, jangan hawatir sayang aku akan menemanimu, tapi sebenarnya aku ingin sekali menyaksikan mu dari balik jendela saja. seperti ibu memperhatikan aku dengan penuh hawatir ketika aku berpesta basah kuyup dgn hujan, aku ingin merasakan apa yg dirasakan ibu saat itu.
Maaf ibu aku telah membuat ibu cemas saat itu, kini akupun tidak mau kamu anakku menjadi bagian segelintir orang yg kerap mengutuk semesta anakku, ya menjadi penggerutu hanya karena hujan datang, padahal panas terik dan hujan sama saja, adalah nikmat yang Allah berikan juga untuk kita. maka nikmatilah, bermainlah bersama derasnya. aku juga tidak ingin kamu menjadi manja, sehingga bila hujan tiba kamu langsung menerapkan perlindungan sempurna tanpa ampun sehingga tidak ada celah sedikitpun untuk hujan menyentuh kulitmu... itu pasti akan sangat merepotkan mu sayang.
ini mungkin hanya sekeping kenangan yg telah aku lewati bersama ibu dan masa depan yg akan kita jalani anakku, lihat saja nanti...
anakku terkadang rasa sayang seseorang akan sangat terlambat kita rasakan bahkan mungkin setelah orang itu jauh atau telah tiada...
untuk itu...
bermain hujanlah jika kamu ingin merasakan kasih sayang..
jika ingin merasakan kasih sayang dari Allah yg telah mencurahkan berkahnya itu...
jika ingin merasakan kasih sayang dari ibu atau ayahmu yg mencemaskan mu...
jika ingin merasakan sentuhan dan perlakuan hangat dari ibu atau ayahmu
tapi kamu juga harus siap jika omelan yg kamu dapat...
tapi nanti, belakangan kamu akan merasa itu bukan sebuah omelan, melainkan nyanyian merdu pembawa rindu...
1 Juni 2014
Kepada wanita di pintu gerbang
surat itu dengan pembuka salam. Kutambah dengan pemanis kabar.
Tak juga kau balas.
mengira aku telah jatuh cinta. Dengamu tentu (pikir mereka). Namun fakta beda. Kamu berkata saja jarang. Aku melihatmu, namun jauh rasa. Semenjak sapaku tak kau balas buat aku layu. Apa aku harus berikrar lagi tentang hati?
Ah, ini sungguh pelik.
Cukup berat ini kualami,
sampai hati tak lagi bisa kompromi. Sudahlah!
sudah membuatku terjaga dari mimpi...